Minggu, 29 Juni 2014

Menulis Resensi



MAKALAH
MENULIS RESENSI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Ketrampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi, yaitu, ketrampilan menyimak atau mendengarkan, ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca, dan ketrampilan menulis. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, ataupun tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
            Menulis mempunyai peranan sosial yang amat penting dalam kehidupan manuisa. untuk memberikan informasi, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Di makalah ini kami akan membahas tentang “Menulis Resensi, Ikhwal Tekhnik Ejaan, Kutipan, Cataan Kaki, Catatan Perut, Daftar Pustaka”.
           
B.    Rumusan masalah
            Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana cara menulis resensi dengan baik dan benar?
2.      Bagaimana cara menulis ikhwal ejaan dengan baik dan benar?
3.      Bagaimana cara menulis kutipan dengan baik dan benar?
4.      Bagaimana cara menulis catatan kaki dengan baik dan benar?
5.      Bagaimana cara  menulis catatan perut dengan baik dan benar?
6.      Bagaimana cara menulis daftar pustaka dengan baik dan benar?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di paparkan di atas, maka dapat di rumuskan tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui dan memahami cara menulis resensi dengan baik dan benar
2.      Untuk mengetahui dan memahami cara menulis ikhwal ejaan dengan baik dan benar
3.      Untuk mengetahui dan memahami cara menulis kutipan dengan baik dan benar
4.      Untuk mengetahui dan memahami cara menulis catatan kaki dengan baik dan benar
5.      Untuk mengetahui dan memahami cara  menulis catatan perut dengan baik dan bena
6.      Untuk mengetahui dan memahami cara menulis daftar pustaka dengan baik dan benar

D.    Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar kita bisa menulis resensi, kutipan, ikhwal teknik ejaan, catatan kaki, catatan perut, daftar pustaka dengan baik dan benar.



BAB II
KERANGKA TEORI

A.    Resensi
a.       Pengertian Resensi
            Resensi secara bahasa artinya pertimbangan atau perbincangan (tentang) sebuah buku (WJS. Poerwadarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984:821). Perbincangan dimaksud berupa sebuah tulisan yang dimuat disurat kabar atau majalah, berisi penilaian tentang kelebihan atau kekurangan sebuah buku, menarik- tidaknya tema dan isi buku, kritikan dan memberi dorongan kepada khlayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimilik atau dibeli.
            Ada pula yang menyatakan untuk menyatakan bahwa resensi buku itu juga disebut telaah buku. Kata telaah berasal dari bahasa arab Thala’a yathla’u yang berarti membaca dengan seksama. Kemudian dalam bahasa Indonesia diartikan dengan penyelidikan, pemeriksaan, dan penelitian. Dengan demikian, telaah buku berarti melakukan pembacaan buku dengan seksama, teliti, dan penyelidikan.
            Resensi memang perlu mempertimbangkan banyak faktor, seperti tema, penulis, sistematika penulisan, penerbit, kebaruan, dan perkembangan keadaan.  Sebab tidak semua buku itu layak diresensi karena tidak memiliki nilai-nilai keilmuan, pendidikan, moral,budaya, sosial, politik, ekonomi dan lainnya. Betapa banyaknya buku-buku yang terbit karena sekedar mengejar popularitas nama pengarang dan mendongkrak nama penerbit. Tidak sedikit buku-buku yang beredar hanya mementingkan keuntungan materi dengan mengabaikan nilai moral dan kestabilan politik negara.
            Dalam kamus jurnalistik, resensi mempunyai arti tulisan di media masa yang berisi penilaian tentang kelebihan atau kekurangan sebuah karya tulis (buku), krya sastra (novel), atau karya seni (film, sinema). Biasanya mengandung penilaian tentang tema dan isi, kritikan, serta dorongan kepada publik perlu tidaknya mebaca atau menonton karya tersebut.
            Resensi merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah yang bersifat subjektif. Meskipun demikian, dalam meresensi sebuah buku haruslah subjektif mungkin, terlepas dari unsur subjektif si penilainya.
            Resensi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menilai baik tidaknya sebuah buku. Dalam hal ini, yang dinilai adalah keunggulan dan kelemahan buku (baik fiksi maupun nonfiksi) sehingga orang merasa terpersuatif setelah membacanya. Secara etimologis resensi berasal dari bahasa latin, yaitu kata kerja revidere dan recensere, yang artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilahreview.
            Menurut Keraf, resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Sejalan dengan pendapat Keraf, Menurut Isdriani K. Pudji, resensi adalah tulisan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Pendapat yang senada juga disampaikan oleh Oktavianawati, yang mengatakan bahwa “resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD.
              
b.      Struktur Tulisan Resensi
Sebuah tulisan resensi buku biasanya terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Pertama, bagian pendahuluan. Berisi informasi objektif atau identitas buku. Meliputi judul, penulis, penerbit dan tahun terbitnya, jumlah halaman, dan bila perlu harga buku tersebut.
contoh:
Judul Buku     : Zaman Baru Islam Indonesia (Pemikiran dan Aksi Politik Abdurrahman        Wahid, M. Amien Rais, Nur Cholis Madjid, Jalaludin Rakhmat)
Penulis             : Dedy Djamaluddin Malik & Idi Subandy Ibrahim
Pengantar        : Mohammad Sobary
Penarbit           : Zaman Wacana Mulia, Bandung
Cetakan           : Pertama, Januari 1998
Tebal               : 337 Halaman
Judul resensi buku setidak-tidaknya bisa menggambarkan keseluruhan isi buku. Judul harus ilmiah populer, sebab bahasa media itu ilmiah populer. Ilmiah artinya ia tidak terlalu ngepop, tetapi juga tidak terlalu ilmiah sekali. Judul ngepop misalnya seperti “bahasa gaul” yang sering dijumpai pada judul-judul artikel majalah, tabloid atau media cetak lain yang pasarnya Anak Baru Gede (ABG). Bahasa resensi juga tidak terlalu ilmiah. Bahkan kalau bisa, menghindari pemakaian kata-kata asing yang berkebihan.
Kedua, bagian isi. Berisi ulasan tentang tema atau judul buku, paparan singkat isi buku (mengacu kepada daftar isi) atau gambaran tentang keseluruhan isi buku, dan informasi tentang latar belakang serta tujuan penulisan buku tersebut. Diulas pula tentang gaya penulisan, perbandingan buku itu dengan buku bertema sama karangan penulis lain atau buku karangan penulis yang sama dengan tema lain.
Ketiga, bagian penutup. Pada bagian ini peresensi menilai bobot (kualitas) isi buku tersebut secara keseluruhan, menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, memberi kritik atau saran kepada penulis dan penerbitnya (misalnya menyangkut cover, judul, editing),
serta memberi pertimbangan kepada pembaca tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki/ dibeli.
Biasanya, pada halaman belakang sebuah buku terdapat “resensi mini”. Ditulis oleh penerbitnya sebagai gambaran singkat isi buku sekaligus berpromosi/ menarik minat orang untuk membaca dan membeli buku tersebut.
c.       jenis-jenis dalam resensi
Saryono membagi resensi buku berdasarkan sudut pandang atau sudut tinjauannya. Berdasarkan sudut pandang atau sudut tinjauan yang digunakan, resensi di bagi lagi menjadi dua, yaitu:
1.      Resensi berdasarkan media atau forum sajiannya.
2.      Resensi berdasarkan isi resensi atau isi sajiannya.
Berdasakan media atau forumnya, resensi buku dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Resensi ilmiah,
2.   Resensi ilmiah populer
Hal yang membedakan kedua resensi tersebut adalah bahasa dan tatacara penulisan yang digunakan. Dalam resensi lmiah digunakan tatacara keilmuan tetentu menggunakan rujukan atau acuan, dan bahasa resmi dan baku serta yang dipaparkan selengkap-lengkapnya. Sementara itu, resensi ilmiah populer tidak menggunakan rujukan atau acuan tertentu. Selain itu, isi resensi seringnya hanya memaparkan bagian-bagian yang menarik saja. Penyajiannyapun tidak terlalu tunduk pada bahasa resmi atau bahasa baku.
Sedangkan berdasarkan isi sajian atau isi resensinya lebih lanjut ia mengemukakan bahwa resensi buku digolongkan menjadi tiga jenis yaitu:
1.      resensi informatif
Resensi informatif hanya berisi informasi tentang hal-hal dari suatu buku. Paad umumnya, isi resensi informatif hanya ringkasan dan paparan mengenai apa isi buku atau hal-hal yang bersangkutan dengan suatu buku.
2.      Resensi evaluatif
Resensi evaluatif lebih banyak menyajikan penilaian peresensi tentang isi buku atau hal-hal yang berkaitan dengan buku. Informasi tentang isi buku hanya disajikan sekilas saja bahkan kadang-kadang hanya dijadikan ilustrasi.
3.      Resensi informatif-evaluatif
Resensi informatif-evalautif merupakan perpaduan dua jenis resensi yaitu resensi informatif dan resensi evaluatif. Resensi jenis ini disamping menyajikan sebauh ringkasan buku atau hal-hal penting yang ada di buku juga menyajikan penilaian peresensi tentang isi buku.
Dari ketiga jenis resensi tersebut, jenis resensi ketigalah yang paling ideal karena bisa memberikan laporan dan pertimbangan secara memadai. Oleh sebab itu, dalam meresensi buku penulis resensi lebih banyak memilih jenis resensi informatif-evaluatif. Hal ini dipertimbangkan karena jenis ii lebih menggabungkan kedua jenis resensi, yaitu resensi informatif dan resensi evaluatif. Ini berarti jenis resensi ini memiliki jenis kajian lebih lengkap jika dibandingkan dengan kedua jenis resensi lainnya. Jenis resensi ini menyajikan ringkasan buku dan juga penilaian peresensi terhadap buku tersebut tersebut terutama melihat kelemahan dan keunggulan isi buku tersebut.
Setelah kita mengetahui jenis-jenis dalam resensi, kita juga perlu mengenal tipe atau bentuk resensi buku, semuanya bertujuan untuk menginformasikan isi buku tersebut. Masing-masing bentuk resensi akan memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri-sendiri. Adpun bentuk resensi dapat digolongkan sebagai berikut.
1.      Meringkas
Penulis resensi berusaha untuk berusaha meringkas dengan bahasa yang tidak bertele-tele. Tujuan meringkas ini jelas memberikan informasi yang padat dan singkat pada pembacanya. Sebab, tak jarang sebuah buku itu diuraikan secara panjang lebar. Disinilah ketajaman dan kelihaian peresensi dibutuhkan
2.      Menjabarkan
Adakalanya, sebuah buku teks sangat sulit dipahami oleh kebanyakan orang. misalnya buku-buku terjemahan,buku-buku teks perguruan tinggi, termasuk juga buku-buku filsafat. Tugas peresensi adalah menjabarkan (dengan bahasa sendiri) tentang keseluruhan isi buku tersebut.
3.      Menganalisis
Penulis resensi tidak sekedar meringkas dan memindahkan kata-kata dalam buku dalam bahasa resensi. Lebih dari itu peresensi buku harus memberikan wawasan tentang isi buku itu. Lebih dari itu metode penulisannya, cara pemaparannya juga dikemukakan.
4.      Membandingkan (Komparasi)
Meresensi buku juga bisa dilakukan dengan komparasi. Komparasi bisa dilakukan dengan membandingkan buku itu dengan pengarang yang sama atau dengan buku sejenis meskipun berbeda pengarang.


5.      Memberi penekanan
Resensi bentuk ini biasanya digunakan untuk meresnsi buku-buku kumpulan tulisan atau bunga rampai (satu penulis tapi beragam topik). Meresensi kumpulan tulisan memang lebih sulit daripada meresensi satu orang dengan pemikiran utuh.
Buku yang dapat diresensi dengan cara memberikan penekanan adalah jenis buku-buku kumpulan tulisan atau bunga rampai. Begitu banyak masalah dan terkadang sejumlah masalah tersebut ditulis oleh banyak orang menjadikan penulis resensi sulit menentukan mana yang perlu ditonjolkan dalam resensi. Dalam kasus ini peresensi cukup mengambil masalah yang dianggap paling menonjol. Atau, dapat juga dengan mengambil uraian atau pendapat dari orang-orang yang sudah punya nama dan yang paling terkenal diantara para penulis yang ada dlam buku tersebut.
d.      Teknik Penulisan Resensi
Prinsip meresensi buku adalah mencari tema pokok dari buku itu. Caranya ialah dengan memberi uraian dalam bentuk ringkasan, ulasan, atau kajian dari setiap persoalan yang berkaitan erat dengan tema buku itu. Sebelum meresensi sebuah buku, yang perlu dilakukan adalah memahami buku tersebut dengan cara membacanya. Proses memahami sebuah buku bisa dilakukan dengan membaca buku sekali, dua kali, dan jika perlu berkali-kali tergantung kebutuhan.
Untuk lebih cepat dalam memahami sebuah buku dapat diikuti beberapa saran sebagai berikut:
1.      Baca kata pengantar dan pendahualuan.
2.      Lihat daftar isi
3.      Baca ringkasan buku yang biasanya terdapat pada sampul belakang
4.      Pilih hal-hal yang dianggap penting.
5.   Catat hal-hal yang dianggap penting.
Cara lain agar cepat memahami sebuah buku adalah dengan berlatih membaca efektif. Yakni bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1.      Selection, yakni dengan memilih masalah yang pokok dan esensinya saja dari buku yang         kita baca.
2.      Skipping, yakni dengan melompati (melewati) bagian-bagian yang kurang penting.
3.      Scanning, yakni membaca sepintas lalu dengan cepat tetapi sambil memperhatikan dengan teliti dan memandai bagian-bagian yang penting dari buku yang kita baca. 
Sebelum membuat resensi ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan menurut Fauzi Rahman, diantaranya adalah:
1.      Mempunyai minat yang besar untuk menekuni dunia resensi buku lebih dulu harus mempelajari peta, karakter, dan misi masing-masing media masa yang mempunyai rubrik resensi.
2.      Sebelum menulis resensi seorang penulis lebih dulu harus tahu istilah-istilah rubrik resensi masing-msing media masa.
3.      Buku atau film yang hendak kita resensi hendaknya buku terbitan terbaru.
4.      Dalam meresensi buku yang penting kita paparkan adalah sesuatu yang kita anggap menonjol, baru, dan mampu mewakili seluruh isi buku.
5.      Tidak kalah pentingnya pula adalah ketekunan penulis untuk mengamati rutin rubrik resensi masing-masing media.      
             
Dalam menulis sebuah resensi diperlukan tehnik yang termudah untuk meresensinya. Tehnik-tehnik tersebut tidak lepas dari langkah-langkah membuat resensi, berkenaan dengan itu Daniel (1997:6-7) memnerikan langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
1.      Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang akan diresensi.
2.      Membaca buku yang akan diresensi secara komprehensif, cermat, dan teliti.
3.      Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
4.      Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.
5.      Menetukan sikap dan menilai hal-hal yang berkenaan dengan organisasi penulisan, bobot ide, aspek bahasanya dan aspek teknisnya.
Dalam menulis resensi sebuah karya baik itu buku ataupun film selain memperhatikan teknik penulisan resenstor atau orang yang menulis resensi harus memahami dasar-dasar dalam menulis resensi, seperti yang dianjurkan oleh Samsul (2003), yaitu:
Pertama, memahami atau menagkap tujuan (maksud) pengarang dengan karya yang dibuatnya. Berhasil atau tidaknya kita menagkap tujuan dari sang penulis akan menentukan bagus atau tidaknya resensi kita.
Kedua, memiliki tujuan dalam membuat resensi buku. Seperti dasar menulis artikel pada umumnya, sebuah tulisan harus didasarkan sebuah tujuan. Begitu juga dengan resensi. Tujuan itu bisa berupa mengajak orang-orang untuk inkut membaca buku itu, ataupun bisa sebagai kritik dan masukan bagi sang penulis.
Ketiga, harus mengenal atau mengetahui selera dan tingkat pemahaman dari para pembaca. Sebuah resensi buku Das Kapital-nya Karl Marx tidak akan sesuai untuk pembaca koran lokal. Dengan memahami selera dan tingkat pemahaman pembaca media masa yang dituju, kita dapat menyesuaikan pemilihan buku dan gaya tulisan yang dapat diterima mereka.
Keempat, mempunyai pengetahuan dan menguasai disiplin ilmu pengetahuan sebagai tolak ukur ketika mengemukakan keunggulan dan kelemahan buku. Menguasai berbagai pengetahuan akan mempermudah kita menulis resensi yang memadai sesuai dengan katagori buku tersebut. Seperti menulis resensi tentang ekonomi tentunya kita harus mempunyai wawasan dan pengetahuan mengenai bidang tersebut.
Kelima, jadilah pengamat buku sekaligus kolektor buku. Bagus atau tidaknya sebuah buku akan relatif berbeda tiap orang. Memberikan perbandingan dengan buku lain akan mempermudah kita dan pembaca dalam menentukan tolak ukur kadar kualitas buku yang diresensi.

B.     Penggunaan dan Tata Tulis Ejaan
Dasar yang paling baik untuk melambangkan bunyi ujaran atau bahasa adalah satu bunyi ujaran yang membedakan arti dilambangkan dengan satu lambang tertentu. Lambang yang dipakai untuk mewujudkan bunyi ujaran itu biasa disebut huruf. Dengan huruf-huruf itulah manusia dapat menuliskan gagasan yang semula hanya disampaikan secara lisan.
Keseluruhan peraturan tentang cara menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dalam suatu bahasa termasuk masalah yang dibicarakan dalam ejaan. Yang dimaksud dengan ejaan adalah cara melafalkan dan menuliskan huruf, kata, unsur serapan, dan tanda baca. Bahasa Indonesia menggunakan ejaan fonemik, yaitu hanya satuan bunyi yang berfungsi dalam bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan huruf.
Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia sekarang menganut sistem ejaan fonemis, yaitu satu bunyi dilambangkan dengan satu tanda (huruf). Akan tetapi, kenyataannya masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua tanda, yaitu /ng/, /ny/, /kh/, dan /sy/. Sebaliknya, ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda saja, yaitu /e/ pepet dan /e/ taling. Hal ini dapat menimbulkan hambatan dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.




a.       Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan dalam bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bunyi bahasa Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah ketidakteraturan pengguna bahasa dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan tidak sesuai dengan bunyi yang melambangkan huruf tersebut.
Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa lain, terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam bahasa tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf, misalnya /a/ atau /g/, dapat diucapkan dengan berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di sekitarnya. Lain halnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa Indonesia cukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan.
Perhatikan contoh berikut!
-teknik Lafal yang salah: tehnik Lafal yang benar: teknik [t e k n i k]
-tegel Lafal yang salah: tehel Lafal yang benar: tegel [t e g e l]
-energi Lafal yang salah: enerhi, enersi, enerji Lafal yang benar: energi [e n e r g i]

Masalah lain yang sering muncul dalam pelafalan ialah mengenai singkatan kata dengan huruf. Sebaiknya pemakai bahasa memperhatikan pelafalan yang benar seperti yang sudah dibakukan dalam ejaan.
Perhatikan pelafalan berikut!
-TV Lafal yang salah: [tivi] Lafal yang benar: [t e ve]
-MTQ Lafal yang salah: [emtekyu], [emtekui] Lafal yang benar: [em te ki]

Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan huruf pada penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan lain. Pertimbangan yang dimaksud ialah pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan, dengan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang Disempurnakan. Jadi, pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut.
Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur kimia, nama minuman, atau nama obat-obatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk nama tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang bersangkutan.
Perhatikan contoh berikut!
- coca Lafal yang benar: cola [ko ka ko la]
- HCI Lafal yang benar: [Ha Se El]
- CO2 Lafal yang benar: [Se O2]
Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi /h/. Pelafalan bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran, seperti pada kata tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya dilafalkan dengan bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku bagi kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal bahasa asalnya, seperti kata mahir, lahir, kohir, kohesi.

b.      Pemakaian Huruf
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan 26 huruf didalam abjadnya, yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf di antaranya, yaitu huruf /f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan jangan diganti dengan huruf lain.

Contoh:
- fakta tidak boleh diganti dengan pakta
- aktif tidak boleh diganti dengan aktip
- valuta tidak boleh diganti dengan paluta
- pasif tidak boleh diganti dengan pasip
- ziarah tidak boleh diganti dengan jiarah, siarah

Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, harus kita ingat ketentuan pemakaian huruf /q/ dan /x/. Huruf /q/ hanya dapat dipakai untuk nama istilah khusus, sedangkan untuk istilah umum harus diganti dengan huruf /k/. Demikian pula huruf /x/ dapat dipakai untuk lambang, seperti xenon, sinar x, x, + y. Huruf /x/ apabila terdapat pada tengan kata dan akhir kata diganti dengan huruf gugus konsonan /ks/.
Contoh:
- Quran tetap ditulis Quran (nama)
- aquarium harus ditulis dengan akuarium
- quadrat harus ditulis dengan kuadrat
- taxi harus ditulis dengan taksi
- complex harus ditulis dengan kompleks

Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan untuk melambangkan bunyi huruf hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa yang menggunakan tanda ‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.
Contoh:
- ta’zim harus diganti dengan taksim
- ma’ruf harus diganti dengan makruf
- da’wah harus diganti dengan dakwah
- ma’mur harus diganti dengan makmur
c.       Pemisahan Suku Kata.
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf vokal itu dapat didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan. Pengguna bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan. Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang Disempurnakan seperti berikut ini.
1) Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan, pemisahan dilakukan di antara vokal tersebut. Contoh:
Main ma-in, taat ta-at
1. Apabila di tengan kata terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan dilakukan di antara kedua konsonan tersebut. Contoh :
ambil am-bil undang un-dang
2. Apabila di tengan kata terdapat konsonan di antara dua vokal pemisahannya dilakukan sebelum konsonan. Contoh:
bapak ba-pak sulit su-lit
3. Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan, pemisahannya dilakukan di antara konsonan pertama dan konsonan kedua. Contoh:
bangkrut bang-krut instumen in-stru-men
4. Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, penyukuannya dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh:
minuman mi-num-an bantulah ban-tu-lah
5. Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan ada huruf yang berdiri sendiri, baik vokal maupun konsonan.
Contoh:
Salah
Benar
ikut j- uga
masalah i- tu
ikut ju- ga
masalah itu
6. Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan diletakkan di bawah huruf dan juga tidak boleh berjauhan dengan huruf, tetapi diletakkan di samping kanan huruf.
Contoh:
Salah
Benar
Pengam - bilan.
bela - jar

pengam-bilan .
bela-jar


C.    Kutipan.
a.       Definisi
Kutipan, sebuah kata yang mungkin semua orang belum mengetahui maksudnya apa. Disini saya akan mengulas sedikit mengenai kutipan. Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.
b.      Tujuan
Dalam tulisan ilmiah, baik berupa artikel, karya tulis, skripsi, tesis, dan disertasi selalu terdapat kutipan. Kutipan adalah pengokohan argumentasi dalam sebuah karangan. Seorang penulis tidak perlu membuang waktu untuk menyelidiki suatu hal yang sudah dibuktikan kebenarannya oleh penulis lain, penulis cukup mengutip karya orang lain tersebut.

Dengan demikian kutipan memiliki fungsi sebagai:
a.       landasan teori
b.      penguat pendapat penulis
c.       penjelasan suatu uraian
d.      bahan bukti untuk menunjang pendapat itu
Berdasarkan fungsi di atas seorang penulis harus memperhatikan hal-hal berikut:
a.       penulis mempertimbangkan bahwa kutipan itu perlu
b.      penulis bertanggung jawab penuh terhadap ketepatan dan ketelitian kutipan
c.       kutipan dapat terkait dengan penemuan teori
d.      jangan terlalu banyak mempergunakan kutipan langsung
e.       penulis mempertimbangkan jenis kutipan, kutipan langsung atau kutipan tak langsung
f.       perhatikan teknik penulisan kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan
c.       Fungsi Kutipan
Kutipan memiliki fungsi tersendiri. Fungsi dari kutipan adalah sebagai berikut :
a.       Menunjukkan kualitas ilmih yang lebih tinggi.
b.      Menunjukkan kecermatan yang lebih akurat.
c.       Memudahkan penilaian penggunaan sumber dana.
d.      Memudahkan pembedaan data pustaka dan ketergantungan tambahan.
e.       Mencegah pengulangan penulisan data pustaka.
f.       Meningkatkan estetika penulisan.
g.      Memudahkan peninjauan kembali penggunaan referensi, dan memudahkan penyuntingan naskah yang terkait dengan data pustaka.
d.      Jenis Kutipan
1.      Kutipan langsung
Kutipan Langsung ialah kutipan yang sama persis dengan teks aslinya,tidak boleh ada perubahan.Kalau ada hal yang dinilai salah/meragukan,kita beri tanda ( sic! ),yang artinya kita sekedar mengutip sesuai dengan aslinya dan tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu.Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan,memberi huruf kapital,garis bawah,atau huruf miring,kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari pengutip ],[ ejaan disesuaikan dengan EYD ],dll. Bila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus digunakan huruf siku [ ….. ].
2.      Kutipan tidak lansung ( Kutipan Isi )
Dalam kutipan tidak langsung kita hanya mengambil intisari pendapat yang kita kutip.Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah dicontohkan.
a.       Kutipan pada catatan kaki
b.      Kutipan atas ucapan lisan
c.       Kutipan dalam kutipan
d.      Kutipan langsung pada materi
e.       Cara mengutip tulisan atau artikel dari buku, majalah, surat kabar, atau media cetak lain adalah sebagai berikut.
1.      Kutipan dari buku.
{ Nama pengarang dengan nama belakang terlebih dahulu jika terdapat gelar letakan paling belakang dan jika gelar lebih dari satu maka setiap gelar dipisahkan dengan tanda koma }, { judul lengkap dengan huruf italic atau underline } , { nama kota diterbitkan buku tersebut }: { nama penerbit, tahun terbit buku tersebut jika tidak ada bisa memakai tahun buku tersebut dicetak jika keduanya tidak ada boleh tidak dicantumkan }.
Apabila kutipan lebih dari satu maka perlu diurutkan sesuai dengan huruf alphabet.
Contoh:
·         Aksin, M, Merancang Audio Mobil Hi-Fi Stereo System, Semarang: Effhar, 2002.
·         Harsono, Drs, Manajemen Pabrik, Jakarta: Balai Aksara, 1984.
·         Mukhtar., Widodo, Erna, Konstruksi Ke Arah Penelitian Deskriptif, Yogyakarta: Avyrouz,
·         2000.
·         Nalwan, Agustinus, Pemrograman Animasi dan Game Profesional, Jakarta: PT. Elex
·         Media Komputindo, 1995.
·         Rusmadi, Dedy, Hobi Elektronika Rangkaian Elektronika Menggunakan IC, Bandung: CV.
·         Pionir Jaya, 2004.
·         Soedjono, H. Hartanto, Merakit Elektronika, Semarang: Dahara Prize, 1993.
·         Sudono, Agus, Memanfaatkan Port Printer Komputer Menggunakan Delphi Teori dan
·         Aplikasi, Semarang: SmartBooks, 2004.

2.      Kutipan dari majalah, tabloid atau koran.
{ Nama majalah, tabloid atau koran }, { kata atau serangkaian huruf yang khas }, { nomor edisi lengkap dengan tahun terbit }, { nama kota diterbitkan majalah tersebut }, { nama penerbit (jika ada) }.
Contoh:
·         Bobo, Majalah Mingguan Anak-Anak, No. 51/1998, Jakarta.
·         PC Mild, Indonesia's Greatest Computer Newspaper, Edisi 02/2008, Jakarta: PT. Dian
·         Digital Media.
·         PCplus, Paling Plus Bicara PC, No. 290 Tahun VII 21 Agustus-03 September 2007,
·         Jakarta: PT. Prima Infosarana Media.

f.       Etika Pengutipan di Internet
Internet merupakan salah satu agen yang makin mempermudah penggandaan suatu karya cipta terutama yang dipasang di internet. Kemudahan itu pada gilirannya melenakan, membuai kita sehingga pada saat mengutip lupa untuk memberi penghargaan (acknowledgement) kepada pengarangnya. Berikut ini format pengutipan sumber-sumber online menurut Modern Language Association di Amerika.
1.      FTP (File Transfer Protocol)
Cara penulisan kutipan lewat File Transfer Protocol adalah sebagai berikut.
- Sertakan nama pengarang (jika ada) dengan nama belakang terlebih dahulu; judul lengkap; tanggal dokumen; protokol yang digunakan (dalam hal ini ftp) berikut alamatnya; tanggal akses.
Contoh:
Johnson-Eilola, Johndan., "Little Machines: Rearticulating Hypertext User." 3 Dec. 1994, ftp://ftp.daedalus.com/pub/CCCC95/johnson-eilola, (14 Aug 1996).

2.      HTTP (HyperText Transfer Protocol)
WWW Sites (World Wide Web). Cara penulisan kutipan lewat File HyperText Transfer Protocol adalah sebagai berikut.
- Sertakan nama pengarang (jika ada) dengan nama belakang terlebih dahulu; judul lengkap dalam tanda petik; tanggal dokumen; protokol yang digunakan (dalam hal ini http) berikut alamat URL-nya; dan tanggal akses.
Contoh:
Burka, Lauren P, "A Hypertext History of Multi-User Dimensions.", MUD History. 1993, http://www.utopia.com/talent/ipb/muddex/essay, (2 Aug. 1996).
Priadi, Prasetyo, Membuat Printed Circuit Board (PCB) Menggunakan DipTrace, Prasetyo Laboratories. 2008, http://www.PrasetyoLabs.Co.Cc, (15 Desember 2008).

3.      Telnet Sites
Telnet Sites (Sites and Files available via the telnet protocol). Cara penulisan kutipan lewat telnet sites adalah sebagai berikut.
- Sertakan nama pengarang, dengan nama belakang terlebih dahulu; judul karangan dalam tanda petik; nama situs telnet dalam huruf italic; dan tanggal publikasi.
Contoh:
traci (#377). "DaedalusMOO Purpose Statement." WriteWell,
telnet://moo.daedalus.com:7777 help purpose, (30 Apr. 1996).

4.      Gopher
Untuk mengutip lewat situs gopher Anda dapat menuliskan kutipan sebagai berikut.
- Sertakan nama pengarang (jika ada) dengan nama belakang terlebih dahulu; judul lengkap dalam tanda petik; tanggal dokumen jika ada; protokol dokumen yang digunakan (dalam hal ini gopher) berikut alamatnya; tanggal akses; dand direktori gopher tersebut.
Contoh:
African National Congress; "Human Rights Update for Week No. 10 from 5/3/96 to
11/3/97."; gopher://gopher.anc.org.za:70/00/hrc/1997/hrup97.10; (1 Jan. 1997).

5.      Email, Listerv, dan Newsgroup
Untuk mengutip lewat mailing list Anda dapat menuliskan kutipan sebagai berikut.
- Sertakan nama pengarang (jika ada) atau alamat e-mail-nya; judul yang ada dalam Subject dalam tanda kutip; tanggal pesan jika berbeda dengan tanggal akses; nama mailing list (jika ada) dalam huruf italic; alamat milis atau protokol; tanggal akses dalam tanda kurung.
Contoh:
Crump, Eric, "Re: Preserving Writing.", Alliance for Computers and Writing, Listerv,
acwl@unicorn.acs.ttu.edu, (31 Mar. 1995).


6.      Publikasi Elektronik dan Database Online
Untuk mengutip lewat publikasi elektronik atau database online Anda dapat menuliskan kutipan sebagai berikut.
- Sertakan nama pengarang; judul artikel dalam tanda kutip; judul publikasi software dalam huruf italic; versi atau nomor edisi; nama database atau layanan online dalam huruf italic; tanggal akses.
Contoh:
Christopher, Warren, "Working to Ensure a Secure and Comprehensive Peace in the
Middle East." U.S. Dept. of State Dispatch 7:14, 1 Apr. 1996, FastDoc, OCLC, File
#9606273898, (12 Aug. 1996).

7.      Software Program Microsoft dan Video Games Program, Software dan Video Game
Untuk mengutip lewat software atau program Anda dapat menuliskan kutipan sebagai berikut.
- Nama pengarang atau produsennya (jika ada); judul program atau software dalam huruf italic; nomor versi (jika ada dan belum dicantumkan dalam judul software); informasi terbitan lainnya seperti tanggal (jika ada).
Contoh:
ID Software, The Ultimate Doom, New York: GT Interactive Software,1995.
http://125c16.blogspot.com/2009/11/tata-cara-mengutip-karya-orang-lain.html

D.    Catatan Kaki (Footnote)
Pernyataan ilmiah yang kita gunakan dalam tulisan kita harus mencakup beberapa hal. Pertama kita harus mengidentifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua, kita harus pula dapat mengidentifikasikan media komunikasi ilmiah tempat pernyataan itu dimuat atau disampaikan. Ketiga, harus pula dapat mengidentifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut serta tempat dan itu tidak diterbitkan, tetapi disampaikan dalam bentuk seminar, maka harus disebutkan tempat, waktu dan lembaga yang melakukan kegiatan tersebut.
Sumber yang lengkap tercantum di dalam daftar kepustakaan. Untuk skripsi/teks sumber dinyatakan dalam bentuk catatan kaki.
1.      Fungsi Catatan Kaki
Catatan kaki dicantumkan sebagai pemenuhan kode etik yang berlaku, sebagai penghargaan terhadap karya orang lain.
2.      Pemakaian
Catatan kaki dipergunakan sebagai :
a.       pendukung keabsahan penemuan atau pernyataan penulis yang tercantum di dalam reks atau sebagai petunjuk sumber;
b.      tempat memperluas pembahasan yang diperlukan tetapi tidak relevan jika dimasukkan di dalam teks, penjelasan ini dapat berupa kutipan pula;
c.       referensi silang, yaitu petunjuk yang menyatakan pada bagian mana/halaman berapa, hal yang sama dibahas di dalam tulisan;
d.      tempat menyatakan penghargaan atas karya atau data yang diterima dari orang lain.
3.      Penomoran
Penomoran catatan kaki dilakukan dengan menggurakan angka Arab (1, 2 dan seterusnya) di belakang bagian yang diberi catatan kaki, agak ke atas sedikit tanpa memberikan tanda baca apapun. Nomor itu dapat berurut untuk setiap halaman, setiap bab, atau seluruh tulisan.
4.      Penempatan
Catatan kaki dapat ditempatkan langsung di belakang bagian yang diberi keterangan ( catatan kaki langsung) dan diteruskan dengan teks.
Contoh:
Peranan. dan tugas kaum pria berbeda dengan dan peranan tugas kaum wanita. Sehubungan dengan, hal itu, Margaret Mead (1935) berdasarkan penelitiannya di beberapa masyarakat di Papua Nuguini, menyatakan bahwa perbedaan itu tidak semata-mata berdasarkan perbedaan jenis kelamin saja, melainkan berhubungan erat dengan kondisi sosial-budaya lingkungannya.
1
Margaret Mead, Sex and Temperament in Three Primitive Societies (New York : The American Library, 1950), pp.
Karena kondisi sosial budaya, mungkin berubah dan berkembang, maka peranan dan tugas itu juga mungkin berubah bertukar atau bergeser.
Antara catatan kaki dengan teks dipisahkan dengan garis sepanjang baris.
Cara yang lebih banyak dilakukan ialah dengan meletakkannya pada bagian bawah (kaki) halaman atau pada akhir setiap bab.




E.     Catatan perut
Catatan perut Adalah catatan yang dituliskan langsung setelah kutipan .
Cara menuliskannya :
1.      Diletakkan diantara tanda kurung
2.      Dimulai dengan nama akhir pengarang
3.      Setelah tanda koma diikuti tahun penerbitan
4.      Setelah tanda titik dua diikuti halamannya
Berikut adalah contoh penulisan catatan perut
BAB II
LANDASAN TEORI

         Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hal yang mutlak dimiliki setiap orang. Menurut Aryaning Arya Kresna (2010: 162), “Secara spesifik, Hak Asasi Manusia dipahami sebagai hak yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati dan fundamental, dan merupakan anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijunjung tinggi, dan dihormati oleh setiap orang, masyarakat, atau negara”. Ia (Kresna, 2010: 164) juga menulis bahwa manusia diberdayakan untuk memperlakukan sesama manusia secara manusiawi dan sekaligus menolak praktik-praktik kekuasaan dan hubungan antar manusia dan bangsa yang tidak manusiawi.

         Arist Merdeka Sirait (2010: 31) berpendapat bahwa perlindungan terhadap anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penghormatan terhadap HAM. Ray Pratama (2012: 82) menuliskan bahwa Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak Anak pada 1990. Namun, banyak kasus pelanggaran hak anak yang terjadi di Indonesia. Pelanggaran HAM anak yang terjadi mulai dari pembuangan bayi, penelantaran anak, gizi buruk, dan penularan HIV/AIDS (Sirait, 2010: 31).

F.     Daftar pustaka
Ada beberapa hal yang harus Anda perhatikan dalam penulisan daftar pustaka yaitu Anda harus memiliki data dari buku yang anda gunakan sebagai referensi meliputi nama pengarang, tahun buku itu dikarang, judul karangan, kota terbit dan penerbit karangan tersebut.



Berikut ini beberapa panduan untuk menulis daftar pustaka yang baik:

1.      Nama penulis diurutkan sesuai alfabetis dari A-Z, nama pengarang yang ditulis lebih dahulu adalah nama belakang, jika ada nama atau buku asing maka sebaiknya didahulukan dulu untuk ditulis.
2.      Beri Tanda titik sebagai jeda kemudian tulis tahun buku diterbitkan
3.      Selanjutnya beri tanda titik lagi dan tulis judul buku yang dicetak miring atau ditulis tebal dan diberi garis bawah.
4.      Beri tanda titik lagi kemudian tulis kota tempat buku diterbitkan.
5.      Yang terakhir setelah kota beri titik dua dan tulis penerbit buku tersebut
6.      Jika yang dipakai referensi pengarangnya sama tapi bukunya berbeda, anda dapat menuliskannya tepat dibawah nama penulis dan memberi garis panjang.
7.      Sebaiknya dipisah antara referensi yang berasal dari buku, internet atau media cetak.
Contoh Penulisan Daftar Pustaka
1.      Penulisan daftar pustaka yang pengambilan datanya dari internet
Pertama : tulis nama, 
Kedua    : tulis (tahun buku atau tulisan dibuat dalam tanda kurung) setelah itu beri (tanda titik), 
Ketiga    :tulis judul buku/tulisannya lalu beri (tanda titik) lagi, 
Keempat: tulis alamat websitenya gunakan kata (from) untuk awal judul web dll setelah itu
beri tanda koma,
Kelima   : tulis tanggal pengambilan data tersebut ok.
Seperti contoh dibawah ini:
· Albarda (2004). Strategi Implementasi TI untuk Tata Kelola Organisasi (IT Governance). From http://rachdian.com/index2.php?option=com_docman&task=doc_view&gid=27&Itemid=30, 3 August 2008

2.      Penulisan daftar pustaka yang pengambilan datanya dari buku
Pertama           :penulisan nama untuk awal menggunakan huruf besar terlebih dahulu setelah nama belakang ditulis beri (tanda koma), dimulai dari nama belakang lalu beri (tanda koma) dan dilanjutkan dengan nama depan, 
Kedua             :Tahun pembuatan atau penerbitan buku, 
Ketiga; Judul bukunya ingat ditulis dengan mengunakan huruf miring setelah judul gunakan (tanda titik), 

Keempat          :Tempat diterbitkannya setelah tempat penerbitan gunakan (tanda titik dua), 
Kelima; Penerbit buku tersebut diakhiri dengan (tanda titik).Seperti contoh dibawah ini:
· Peranginangin, Kasiman (2006). Aplikasi Web dengan PHP dan MySql. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. · Soekirno, Harimurti ( 2005). Cara Mudah Menginstall Web Server Berbasis Windows Server 2003. Jakarta: Elex Media Komputindo.

3.      Penulisan daftar pustaka yang lebih dari satu/dua orang penulis dalam buku yang sama. 
Pertama           :tulis nama belakang dari penulis yang pertama setelah nama belakang beri (tanda koma) lalu tulis nama depan jika nama depan berupa singkatan tulis saja singkatan itu setelah nama pertama selesai beri (tanda titik) lalu beri (tanda koma) untuk nama kedua / ketiga ditulis sama seperti nama sali alis tidak ada perubahan, yang berubah penulisannya hanya orang pertama sedangkan orang kedua dan ketiga tetap. Setelah penulisan nama kedua selesai, nah jika tiga penulis gunakan tanda dan (&) pada nama terakhir begitupula jika penulisnya hanya dua orang saja, setelah penulisan nama selesai, 
Kedua             :Tahun pembuatan atau cetakan buku tersebut dengan diawali [tanda kurung buka dan kurung tutup/ (  )] setelah itu beri (tanda titik). 
Ketiga             :Judul buku atau karangan setelah itu beri (tanda koma) dan ditulis dengan huruf miring ok. 
Keempat          :Yaitu penulisan tempat penerbitan/cetakan setelah itu beri (tanda titik dua : ) dan terakhir 
Kelima             :Nama perusahaan penerbit buku atau tulisan tersebut dan diakhiri (tanda titik) ok.  Untuk gelar akademik tidak ditulis dalam penulisan daftar pustaka.Nah ini contohnya Seperti dibawah ini:
· Suteja, B.R., Sarapung, J.A, & Handaya, W.B.T. (2008). Memasuki Dunia E-Learning, Bandung: Penerbit Informatika.
· Whitten, J.L.,Bentley, L.D., Dittman, K.C. (2004). Systems Analysis and Design Methods. Indianapolis: McGraw-Hill Education.

4.      Penulisan daftar pustaka Dengan Banyak Pengarang/Penulis
Jika dalam penulisan daftar pustaka memiliki banyak nama pengarang
Pertama           :Hanya nama pengarang pertama yang dicantumkan dengan susunan terbalik

Kedua             :Untuk mengganti nama-nama pengarang lainnya gunakan singkatan et all yang artinya dan lain-lain
contoh penulisan banyak pengarang;
Morris, Alton C., et al. College English, the Firts Year. New York: Harcourt, Brace&World.Inc., 1964.
5.      Penulisan daftar pustaka Untuk Buku hasil terjemahan
Untuk penulisan daftar pustaka dari buku-buku terjemahan cara penulisannya
Pertama; Nama pengarang asli yang diurutkan dalam urutan alfabetis
Kedua; Keterangan tentang penerjemah ditempatkan sesudah judul buku, dipisah dengan tanda koma, 
Contoh Penulisannya:
Multatuli. Max Havelaar, atau lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda, Terj. H.B Jasin, Jakarta: Djambatan, 1972
6.      Cara Menulis Daftar Pustaka yang Berasal dari Artikel Majalah atau Koran.
Nam Penulis ditulis terlebih dahulu dilanjutkan dengan tanggal, bulan, dan tahun (jika ada). Nama majalah atau Koran dicetak miring diikuti dengan domor halaman.
Contoh: Gardner, H. 1998. “Do Babies Sing A Universal Song?”. Psychological Today, hal.70
7.      Cara menulis Daftar Pustaka dari Koran Tanpa Penulis.
Nama Koran ditulis terlebih dahulu diikuti dengan tanggal, bulan, tahun terbit, judul, dan nomor halaman.
Contoh:Kompas. 18 Maret 2005. “Rawan Pangan, Tanpa Basis Sumber Daya Lokal”, hal. 41.
8.      Daftar Pustaka di Karya Terjemahan.
Nama penulis asli ditulis terlebih dahulu diikuti tahun terbit tulisan asli, judul terjemahan, nama penerjemah tahu terjemahan, nama tempat penerbitan dan nama penerbit terjemahan. Contoh: Eangleton, Terry. 1988. Teori Sastra: Satu Pengenalan. Terjemahan oleh Mohammad Haji Saleh.2004. kualahlumpur: Dewan Baasa dan Pustaka.
9.      Daftar Pustaka dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi
Nama penulis diikuti dengan tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi,tesis, atau disertasiyang diapit dengan tanda kutip, diikuti jenis karya ilmiah, nama kota tempat perguruan tinggi, nama fakultas, dan nama perguruan tinggi. Contoh: Paramita, Pradnya.2007. ”Pengaruh Bioteknologi Pertanian terhadap Proses Pematangan Tomat”.Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar