Minggu, 29 Juni 2014

Kohesi dan Koherensi Paragraf



MAKALH
KOHESI DAN KOHERENSI PARAGRAF


Bab I
Pendahuluan
  1. Latar Belakang
Keterampilan bahasa pada manusia memimiliki empat komponen yang saling dan berkaitan satu sama lain. Keempat komponen ini adalah keterampilan Menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca serta keterampilan menulis (Nida, 1957:19; Haris,1977:9; Tarigan,1981:1). Komponen-komponen tersebut sangat mempengaruhi keterampilan berbahasa pada diri seseorang sehingga perlu baginya untuk mempelajari setiap komponen agar memiliki kemampuan berbahasa yang baik.
Salah satu komponen yang terpenting dalam pembelajaran bahasa ini adalah keterampilan menulis. Keterampilan ini pada tata urutan komponen pembelajaran menempati urutan terakhir atau yang teratas karena memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari komponen pembelajaran bahasa yang lain.
Setiap individu mengalami pembelajaran bahasa pertama kali melalui pembelajaran keterampilan menyimak. Keterampilan menyimak yang baik ini kemudian berkembang secara lebih lanjut menjadi keterampilan berbicara yang pada tahap selanjutnya individu akan belajar tentang bahasa  melalui keterampilan membaca. Pada tingkatan terakhir dari keterampilan bahasa yang dipelajari oleh seseorang indvidu adalah  keterampilan menulis. Pada dasarnya dapat kita simpulkan bahwa keempat komponen keterampilan bahasa tersebut merupaka sebuah kesatuan yang dengannya kita dsebut dengan catur-tunggal.
 Mengenai komponen keterampilan bahasa yang terakhir, yaitu keterampilan menulis. Terhadap hubungan yang sangat berkaitan dengan komponen keterampilan membaca. seseorang yang memiliki kesenangan terhadap kegiatan membaca maka akan memiliki kecenderungan untuk menuliskan apa yang mereka pelajari. sedangkan mereka yang memiliki hobi atau kegemaran menyimak maka akan lebih memiliki kecenderungan untuk berbicara.
Keterampilan menulis merupakan sebuah keterampilan yang terjadi karena sebuah proses panjang yang mendasarinya. seseorang yang menginginkan untuk menjadi seorang penulis yang baik maka dia harus memiliki kesukaan atau kecenderungan untuk membaca banyak buku sebagai bahan referensi. Karena dengan adanya banyak buku yang mereka pelajari tersebut setiap harinya maka akan membuat kosakata yang dimiliki oleh seseorang tersebut akan bertambah anyak sehingga mampu menghasilkan jenis tulisan yang lebih variatif.
Kematangan penulis dalam menghasilkan sebuah tulisan yang baik tersebut selain memperhatikan kekayaan kosakata yang dimilikinya dan pesan yang terkandung di dalam tulisannya juga terdapat poin penting yang tidak boleh terlewatkan yaitu mengenai kohesi dan koherensi kalimat-kalimat yang terdapat di dalam sebuah paragraph serta paragraph-paragraf dalam sebuah kesatuan wacana yang utuh. Sehingga degannya memerlukan pengkajian lebih lanjut mengenai kohesi dan koherensi terhadap sebuah wacana.
  1. Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa uraian latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
  1. Apakah definisi dari kohesi dan koherensi?
  2. Bagaimanakah jenis-jenis kohesi dan koherensi ?
  3. Apakah definisi dari paragraf?
  4. Bagaimanakah ciri-ciri dan klasifikasi paragraf?
  5. Bagaimanakah  pengaruh antara kohesi dan koherensi dalam pengembangan sebuah wacana secara utuh?

  1. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari penulisan makalah ini sendiri ialah sebagai berikut
  1. Mengetahui definisi dari kohesi dan koherensi;
  2. Mengetahui jenis-jenis kohesi dan koherensi;
  3. Mengetahui definisi paragraf;
  4. Mengetahui ciri-ciri dan klasifiksi paragraf, dan
  5. Mengetahui hubungan antara kohesi dan koherensi dalam pengembangan sebuah paragraf dalam sebuah wacana secara utuh.
  1. Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas dapat diambil manfaat sebagai berikut
  1. Setelah membaca makalah ini maka penulis mengharapkan kepada para pembaca agar lebih memahami tentang pentingnya kohesi dan koherensi dalam sebuah tatanan wacana.

Bab II
Pembahasan
1.      Definisi kohesi dan koherensi
A.    Pengertian kohesi menurut beberapa tokoh:
a.       Tarigan (1987 : 96 )
Kohesi atau kepaduan wacana menurut aspek formal bahasa dalam wacana.
b.      Menurut Gutwinsky dalam Tarigan (1987 : 97 )
Kohesi atau kepaduan wacana ialah hubungan antar kalimat di dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal tertentu.
c.       Menurut Halliday dan Hasan dalam Tarigan (1987 : 97 )
Dalam kohesi menggunakan penanda yang dipakai untuk menandai kohesif.

Kohesi secara umum dapat kita artikan sebagai keserasian hubungan antar unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Kohesi mengacu pada aspek bentuk atau aspek formal bahasa, dan wacana itu terdiri dari kalimat-kalimat.
B.     Pengertian koherensi
Koherensi adalah pengaturan secara rap kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dikandungnya menurut ( Wohl, 1978 : 25).

2.      Jenis-jenis kohesi dan koherensi
a.       Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah kepaduan bentuk bagian-bagian wacana yang      diwujudkan ke dalam sistem gramatikal.
Secara lebih rinci, aspek gramatikal wacana meliputi:
1.      Pengacuan ( Refrensi )
Pengacuan atau referensi adalah salah satu jenis kohesi gramatik yang merupakan satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau mengikutinya. Berdasarkan tempatnya, apakah acuan itu berada di dalam teks atau di luar teks, maka pengacuan dibedakan menjadi dua jenis yakni (1)  pengacuan endofora, apabila acuannya berada atau terdapat dalam teks wacana itu, (2) pengacuan eksofora, apabila acuannya berada atau terdapa di luar teks.
2.      Subtitusi.
Subtitusi adalah hasil penggantian unsure bahasa oleh unsure lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh  unsure-unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu. Subtitusi merupakan hubungan  gramatikal, lebih bersifat hubungan kata dan makna. Subtitusi dalam bahasa Indonesia dapat bersifat nominal, verbal, klausal, atau campuran.
3.      Elipsis
Elipsis adalah peniaadaan kata atau satuan lain yang ujud asalanya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau luar bahasa. Ellipsis dapat pula dikatakan penggantian nol ; sesuatu yang ada tetapi tidak diucapakan atau tidak dituliskan.
4.      Konjungsi
Konjungsi adalah yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, kalusa dengan klausa, kalimat denagn kalimat, atau peragraf dengan paragraph.
Konjungsi dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan atas :
- konjungsi adversative : tetapi, namun
- konjungsi kausal : sebab, karena
- konjungsi korelatif : entah/entah, baik/maupun
- konjunsi subordinatif : meskipun, kalau, bahwa
- konjungsi temporal : sebelum, sesudah

b.      Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal adalah hubungan antar  unsur dalam wacana secara                        semantik. Hubungan  kohesif yang diciptakan atas dasar aspek leksikal, dengan pilihan kata yang serasi, menyatakan hubungan makna atau relasi semantik antara satuan lingual yang satu dengan satuan lingual yang lain dalam wacana.
 Aspek leksikal dalam wacana dibedakan menjadi enam yakni :
1.      Repetisi
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual yang dianggap 
penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang  sesuai.
2.      Sinonim
Sinonim dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang sama atau ungkapan yang makna nya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Sinonim merupakan salah satu aspek leksikal untuk mendukung kepaduan wacana.
3.      Antonim
Antonim dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain, satuan lingual yang maknanya berlawan/berposisi dengan satuan lingual yang lain.
4.      Kolokasi
Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi dalam menggunakan pilihan  kata yang cenderung digunakan secara berdampingan.
5.      Hiponim
Hiponim dapat diartikan sebagai satuan bahasa yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain.
6.      Ekuivalen ( kesepadanan)
Ekuivalen adalah hubungan  kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Dalam hal ini, sejumlah kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama menunjuk adanya hubungan kesepadanan.
3.      Definisi paragraf
Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. 
4.      Ciri-ciri dan klasifikasi paragraf
Menurut Tarigan dalam buku Mudlofar (2002: 95) menyatakan beberapa ciri paragraf, yaitu:
a.          Berdasarkan sifat dan tujuannya paragraf dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1)      Paragraf pembuka
Paragraf pembuka merupakan paragraf yang berperan sebagai pengatur untuk sampai kepada masalah yang akan diuraikan
2)      Paragraf penghubung
Paragraf penghubung ialah semua paragraf yang terdapat antara paragraf pembuka dan penutup yang berisi uraian masalah yang dibahas.
3)      Paragraf penutup
Paragraf penutup ialah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan.
b.          Berdasarkan kalimat utamanya, paragraf terbagi menjadi:
1)      Paragraf deduksi
Paragraf deduksi ialah paragraf yang kalimat utamanya terletak diawal.
2)      Paragraf Induksi 
Paragraf induksi adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf.
3)      Paragraf kombinasi (campuran)
Paragraf kombinasi ialah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal dan diakhir paragraf.
c.          Berdasarkan isi, paragraf terbagi menjadi:
1)      Paragraf narasi
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Contoh narasi yang berisi fakta: biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Contoh narasi yang berupa fiksi: novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
2)      Paragraf deskripsi
Paragraf deskripsi ialah karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
3)      Paragraf eksposisi
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik.
4)      Paragraf argumentasi
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/ kesimpulan dengan data/ fakta sebagai alasan/ bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
5)      Paragraf persuasi
Karangan ini bertujuan mempengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
5.      Pengembangan Paragraf
a)      Pengembangan alamiah
Pengembangan secara alamiah ini seorang penulis dapat menggunakan pola yang sudah ada pada obyek atau kajian yang dibicarakan. Penulis dapat menggunakan dua pola. Pertama, pola spesial atau urutan ruang, misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar kedalam dan sebagainya. Kedua, pola kronologis atau urutan waktu, misalnya gambaran urutan terjadinya peristiwa, perbuatan atau tindakan, tadi sekarang, nanti, besok, dan sebagainya.
b)      Pengembangan klimaks dan antiklimaks
Pembuatan klimaks dilakukan dengan penampilan gagasan utama yang rinci dari persoalan yang paling rendah kedudukannya. Sementara itu pengembangan antiklimaks merupakan kebalikan dari klimaks.
c)      Pengembangan Perbandingan dan Pertentangan
Paragraf perbandingan dan pertenntangan ialah cara pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang , subjek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu (Keraf dalam buku Mudlofar 2002: 99).
d)     Pengembangan analogi
Pengembangan analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah terkenal umum dengan yang tidak dikenal umum.
e)      Pengembangan contoh-contoh
Gagasan yang terlalu umum sifatnya sulit dipahami. Agar pembaca menjadi jelas diperlukan ilustrasi-ilustrasi konkret. Ilustrasi konkret inilah yang nantinya dikembangkan menjadi contoh-contoh.
f)       Pengembangan akibat sebab -sebab akibat
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berupa hubungan sebab akibat dan akibat sebab. Sebab dapat bertindak sebagai kalimat utama, sedangkan akibat merupakan kalimat penjelas. Dapat pula sebaliknya , akibat sebagai pikiran utama dan sebab sebagai pikiran penjelas.
g)      Pengembangan definisi luas
Yang dimaksud pengembangan definisi luas ialah pengarang bermaksud memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal (Keraf dalam buku Mudlofar 2002: 102).
h)      Pengembangan klasifikasi
pengembangan karangan kadang-kadang memerlukan pengelompokan hal-hal yang mempunyai persamaan. Pengelompokan ini bekerja kedua arah yang berlawanan, yaitu pertama mempersatukan satuan-satuan kedalam satu kelompok., dan kedua, memisahkan satuan-satuan tadi dari kelompok yang lain (keraf dalam buku Mudlofar 2002: 103).
i)        Pengembangan umum khusus-khusus umum
Cara pengembangan paragraf umum khusus-khusus umum merupakan cara yang paling umum dipakai. Paragraf umum khusus dikembangkan dengan meletakkan pikiran utama pada awal paragraf kemudian rician-rincian berada pada kalimat-kalimat berikutnya. Sebaliknya paragraf khusus umum, mula-mula dikembangkan rincian-rincian kemudian pada akhir paragraf disampaikan generalisasinya. Jadi paragraf umum khusus bersifat deduktif, sedangkan paragraf induktif bersifat khusus umum.
6.      Hubungan kohesi dan koherensi dalam pengembangan paragraf hingga membentuk sebuah wacana utuh.
Pengembangan paragraf untuk membentuk sebuah wacana utuh yang baik maka sangat diperlukan untuk memperhatikan adanya kohesi dan koherensi antar kalimat yang ada di dalam paragraf dan juga paragraf-paragraf di dalam sebuah bacaan secara keseluruhan.




Bab III
Penutup
A.    Simpulan
1.      Kohesi merupakan kepaduan antara kalimat-kalimat yang ada di dalam sebuah paragraf yang memperhatikan aspek-aspek kebahasaan. Sedangkan Koherensi merupakan kesatuan antara kalimat-kalimat dalam membentuk sebuah wacana yang utuh sehingga memudahkan penyampaian pesan wacana kepada para pembaca.
2.      Kohesi terbagi menjadi dua yaitu secara gramatikal dan secara leksikal.
3.      Paragraf ialah sebuah kesatuan utuh (alinea) yang di dalamnya terdapat kalimat utama yang ditunjang dengan adanya kalimat-kalimat penjelas yang mendukung keberadaan kalimat utamanya.
4.      Jenis-jenis paragraf terbagi menjadi tiga yaitu berdasarkan sifat dan tujuannya, berdasarkan kalimat utamanya serta berdasarkan isinya.
5.      Kohesi dan koherensi harus diperhatikan dalam mengembangkan sebuah paragraf agar dapat menghasilkan sebuah wacana secara utuh. Hal ini dikarenakan dengan adanya kepaduan dan kesatuan antara kalimat-kalimat yang terdapat di dalam paragraf maka akan membuat sebuah  wacana menjadi baik dan menarik.

B.     Saran
Merangkai kalimat perlu memperhatikan kohesi dan koherensinya agar dapat menjadikannya sebagai sebuah paragraf yang baik. Yang dengannya kesatuan antar paragraf akan membuat keutuhan dari sebuah wacana sehingga akan memudahkan bagi penulis untuk menyampaikan pesan kepada para pembaca. Sebagai pembaca undah untuk mengetahui isi dari buku tersebut.



Daftar Pustaka

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. 2009. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
Van Dijk, T.A. 1977. Text and context. Explorations in the Semantics and Pragmatics of Discourse. London: Longman. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar